Majiwa Siwa Dan Maraga Siwa Dalam Dunia Kekinian, Sebuah Sharing Pengalaman
Apakah maksud dari Majiwa Siwa Dalam Dunia Kekinian?Majiwa Siwa adalah sebuah ungkapan dalam Bahasa Bali yang berasal dari kata Majiwa dan Siwa. Majiwa berasal dari kata dasar jiwa yang dibubuhi awalan “Ma” sehingga menjadi majiwa (baca: mejiwe). Majiwa artinya berjiwa, semangat, spirit atau hidup.
Siwa adalah sebutan untuk salah satu dewa dalam ajaran Hindu yang bermakna “Gelap” dalam artian luas. Dapat juga diartikan sumber dari segalanya, awal dan akhir, abadi, kosong, tenang, damai dan sunya.
Majiwa Siwa berarti selalu bersemangat dan tanpa beban dalam berkarya untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan dalam bidang masing-masing agar dapat hidup damai.
Lalu apa itu damai? Damai adalah keadaan saat dimana kita tidak terombang-ambing oleh gejolak kehidupan, tidak terombang-ambing oleh ambisi tetapi yang ada hanyalah ketulusan, kepasrahan, kesabaran dan keiklhasan.
• Tulus adalah kosong dalam tindakan atau bertindak tanpa beban
• Pasrah adalah kosong dalam proses atau berproses tanpa beban
• Sabar adalah kosong dalam menanti atau menanti tanpa beban
• Ikhlas adalah kosong dalam menerima atau menerima tanpa beban
Bagaimana cara agar dapat Majiwa Siwa?
Seperti yang saya jelaskan sebelumnya bahwa Siwa adalah sebutan untuk salah satu dewa dalam ajaran Hindu yang disebut dengan Dewa Siwa, Hyang Siwa atau ada juga yang menyebut dengan Tuhan Siwa.Di dalam Bhuana Kosa disebutkan sifat-sifat Siwa sebagai berikut:
“Bhatara Ciwa sira wyapaka
sira suksma tan keneng angen-angen
kadiang ganing akasa tan kagrahita
dening manah muang indriya”.
Artinya:
Tuhan (Siwa), Dia ada di mana-mana, Dia gaib, sukar dibayangkan, bagaikan angkasa (ether), dia tak dapat ditangkap oleh akal maupun panca indriya.
Simbol Siwa
Maka untuk mempermudah memahami dan menjiwai ajaran Siwa maka Siwa digambarkan sebagai sosok pria yang tampan dengan berbagai gaya, atribut dan senjata.Dalam hal ini saya memilih simbol Siwa berupa patung dengan sosok pria tampan bermata 3, rambut mengerucut ke atas, bertangan 4 dengan atribut trisula, cemeti, duduk dengan posisi meditasi di atas seekor macan dan ular kobra melilit di leher.
Mengapa saya memilih patung Siwa sebagai bahan pembelajaran?
Kebetulan saya punya pengalaman menjadi pengrajin patung jadi relative lebih mudah bagi saya memahami pesan-pesan yang ingin disampaikan daripada membaca kitab ataupun sastra-sastra lain. Karena kalau membaca kitab agak sulit memahami dan bikin saya cepat tertidur. Kalau mengamati patung berhari-haripun saya bisa tahan apalagi mengamati patung Siwa yang bukan sekedar patung biasa. Karena saya yakin dan percaya pasti ada pesan dan pelajaran yang tersimpan dalam patung tersebut.
Saya letakkan patung Siwa di halaman rumah yang sekaligus sebagai tempat pemujaan saya agar lebih mudah mempelajari dan menggali pesan-pesan atau ajaran yang terdapat pada patung tersebut. Semakin sering saya perhatikan makin banyak pertanyaan yang muncul, mengapa begini, mengapa begitu, untuk apa dan seterusnya dan setrusnya. Dan benar saja sedikit demi sedikit terkuak misteri yang tersimpan dalam patung Siwa tersebut.
1.Pertanyaan pertama saya adalah mengapa Siwa digambarkan membawa senjata trisula. bukankah Siwa maha sakti yang seharusnya tidak membutuhkan senjata apapun lagi?
Setalah mencari beberapa referensi tentang trisula ternyata ada sebuah makna filosofi yang masuk akal bagi saya. Yaitu: TRISULA MELAMBANGKAN KESELERASAN. Artinya selaras ke atas, selaras ke bawah dan ke samping.Saya ambil saja contohnya di dalam keluarga saya.
Saat ini saya punya ayah, ibu, 1 kakak perempuan, 1 kakak laki-laki, 1 adik laki-laki, 1 istri, 2 orang anak dan 7 orang keponakan.
• Selaras ke atas dalam contoh ini maksudnya adalah saya harus hidup selaras dengan orang yang lahir lebih dulu daripada saya. Yaitu hidup selaras dengan ayah, ibu, dan kakak-kakak saya.
• Selaras ke bawah maksudnya adalah saya harus hidup selaras dengan orang yang lahir setelah saya. Yaitu hidup selaras dengan adik dan anak-anak saya
• Selaras kesamping maksudnya adalah saya harus hidup selaras dengan istri, kakak ipar, adik ipar, dan keponakan
Praktek realnya bagaimana?
JANGAN BERMUSUHAN DENGAN AYAH, IBU, KAKAK, ADIK DAN ANGGOTA KELUARGA LAINNYA KARENA KALAU SUATU KETIKA KITA TERTIMPA MASALAH MAKA KELUARGA YANG PERTAMA IKUT MENANGGUNG BEBAN!
Trisula dalam hal ini mengajarkan kepada saya, jalinlah keselarasan dalam hubungan keluarga agar dapat hidup rukun dan damai. Suasana kehidupan yang rukun dan damai dalam keluarga itulah yang sebut dengan SORGA. Jadi tidak harus menunggu mati terlebih dahulu agar dapat masuk sorga.
2.Pertanyaan kedua adalah untuk apa Siwa membawa cambuk atau cemeti atau pecut?
Cambuk adalah perlambang pemberi semangat. Artinya untuk mencapai kehidupan yang rukun dan damai tidaklah mudah semudah membalikan telapak tangan. Butuh perjuangan untuk mencapai semua itu. Maka cambuklah terus dirimu agar tidak patah semangat di tengah jalan.
3.Pertanyaan ketiga mengapa Siwa duduk dengan posisi meditasi dengan wajah yang damai dan nyaman?
Kalau kita mampu merima dengan pasrah, sabar dan ikhlas segala hal yang menerpa kehidupan kita maka niscaya kita akan ber-“KEK3” terus alias ketawa-ketawa atau senyum-senyum, nyaman dan damai. Seperti pengambaran Siwa yang sedang duduk bermeditasi.
Dimarahi, senyummmmmmmmm…kek3
Dipuji, senyummmmmmmmmm…kek3
Sedih, senyummmmmmm….kek3
Bahagia, senyummmmmm…kek3
Kalau semua hal tersebut dapat dipahami dan dijiwai maka kita sudah Majiwa Siwa alias berjiwa Siwa. Dan jiwa Siwa itu kalau semakin sering dipraktekkan dalam keseharian maka dia akan makin mengental di dalam diri sehingga terjadi yang namanya Maraga Siwa.
Maraga Siwa adalah menjadikan seluruh jiwa dan raga ini sebagai sarana untuk menjalankan Ajaran Siwa. Ajaran Siwa yang bagaimana? Ajaran atau pesan-pesan yang tersimpan di dalam atribut-atrbut yang dilukisan dalam simbol Siwa tersebut.
Maraga Siwa bukan berarti sudah sakti mandraguna, maha tahu segalanya dan seterusnya dan seterusnya. Tetapi Maraga Siwa mengandung makna memanfaatkan jiwa dan raga untuk mengamalkan Ajaran Siwa agar dapat melaksanakan tugas utama hidup di dunia ini, yaitu berkarya, berhasil dan bahagia sesuai dengan porsi, swadharma atau bidang masing-masing.
Sehingga dengan sendirinya akan terucap dengan yakin dan mantap sebuah kata “Shivoham” yang diaplikasiakn dalam prilaku sehari-hari.
Dengan demikian maka tanpa dipolespun ketampanan yang tersembunyi di dalam diri kita akan muncul dengan sendirinya. Seperti wajah tampan yang digambarkan dalam simbol Siwa.
Note: Makna dari atribut Siwa yang lain, silahkan dicari dan pahami sendiri aja ya! Soalnya saya uda mulai males nulis neh, kek3….
Shi-Vo-Ham
Catatan: Ini adalah pengalaman pribadi saya dalam memahami Ajaran Siwa, tidak ada maksud dan tujuan untuk mempergaruhi keyakinan Anda!